Pernah aku merasakan menjadi seorang mahasiswa Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Malang. Aku beserta teman-temanku dituntut mampu
berpikir kritis dan bekerja sama untuk meningkatkan kualitas ilmu
pendidikan. Kebersamaan kami di dalam maupun di luar kelas menumbuhkan
persahabatan yang sangat erat. Kedekatan kami semakin erat ketika
memasuki semester kedua. Bahkan ada dua temanku yang sangatlah akrab
denganku yaitu Fahmi dan Misbah. Kami bertiga selalu meluangkan waktu
untuk saling berbagi.
Suatu hari aku dan teman-temanku mendapatkan perkuliahan yang sangat
singkat. Tepat pukul 10.30 perkuliahan kami telah usai. Aku, Fahmi, dan
Misbah tidak langsung pulang. Kami mengobrol dan bercanda bersama di
depan gedung fakultas. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin mengungkapkan
sesuatu kepada mereka.
“ Fahmi, Misbah, boleh aku curhat ke kalian?” aku membuka percakapan.
“ Ya bolehlah...” kata Misbah.
“ Hmmm... kenapa ya akhir-akhir ini aku merasa tidak yakin kuliah di sini?” paparku.
“Maksudmu?” Fahmi penasaran.
“Ya...
aku merasa kuliah di sini tidak sepenuh hati. Masih setengah-setengah.
Dan itu berdampak pula pada prestasiku di sini.” Jawabku.
“Kamu masih kepikiran STIS dan STAN?” Misbah menerka-nerka.
“Iya...” jawabku singkat.
Fahmi
dan Misbah memang mengetahui jika aku sangat mengharapkan kuliah di
STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) dan STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara).
“Tenang saja masih ada dua kali kesempatan mengikuti
ujian masuk STIS dan STAN. Aku juga berencana ikut lagi tahun depan.”
Sahut Fahmi.
“lha... kalian berencana ikut lagi tahun depan? Kalau lolos semua, aku sendirian dong di sini...” kata Misbah.
“Santai bro, kami tidak akan melupakanmu sebagai sahabat, hheee...” jawabku.
Kami
melanjutkan obrolan dengan topik lainnya. Hingga tak terasa waktu
menunjukkan pukul 13.30. kami pun bergegas menuju kos masing-masing.
Perkuliahan
di kampus berjalan lancar. Aku dan teman-temanku memperoleh berbagai
materi dan praktek sebagai bekal kerja nanti. Hampir satu semester telah
kami lalui. Kini saatnya menjelang Ujian Akhir Semester (UAS).
Saat-saat seperti ini seharusnya menjadi saat berkobarnya semangat untuk
mengejar prestasi. Akan tetapi hal ini justru bertolak belakang
denganku. Aku merasakan beban yang sangat besar. Aku tak mampu fokus
belajar bahkan sempat merasa tidak sanggup melanjutkan kuliah di sini.
Akhirnya datanglah kedua sahabatku yang memberikan nasehat dan motivasi
yang luar biasa. Akupun bangkit dan berusaha menuntaskan perkuliahan
semester kedua. UAS tiba dan aku berhasil melewatinya dengan indeks
prestasi yang cukup memuaskan.
Memasuki masa libur kuliah,
aku pulang ke Pasuruan untuk mempersiapkan ujian masuk STIS dan STAN.
Aku memantabkan lagi pemahamanku terkait soal bahas serta modul
pembelajaran yang aku miliki. Aku menuliskan kata-kata motivasi di ruang
belajarku dan berusaha introspeksi kelemahanku di tahun sebelumnya.
Pendaftaran pun dibuka. Aku bergegas mendaftarkan diri. Demikian pula
dengan Fahmi. Aku dan Fahmi sepakat untuk berangkat ujian bersama. Tepat
tanggal 24 Juni 2009 kami melaksanakan ujian STIS dan tanggal 25 Juni
2009 kami melaksanakan ujian STAN. Kami berjuang untuk kedua kalinya dan
bersaing dengan puluhan ribu peserta ujian lainnya. Setelah ujian STIS
dan STAN kami lalui, kami pun berserah diri kepada Allah SWT.
Sambil
menunggu pengumuman hasil ujian STIS dan STAN, aku dan Fahmi mencari
kesibukan di Malang. Aku mendapatkan tawaran mengajar sedangkan Fahmi
sibuk dengan organisasinya. Kesibukan kami memang berbeda tetapi kami
saling memberikan informasi. Suatu malam menjelang pengumuman STIS tahap
pertama, Fahmi mendapat amanah sebagai perwakilan organisasinya untuk
menghadiri kegiatan kampus. Aku terpaksa berangkat sendiri untuk melihat
pengumuman hasil ujian. Aku sangat berharap dataku tercantum di daftar
peserta lolos ujian. Akan tetapi harapanku pudar. Tidak kutemukan dataku
di sana. Aku hanya menemukan data sahabatku Fahmi. Dia lolos tahap
pertama dan melanjutkan ke tahap kedua. Dengan berat hati aku menyatakan
kalah kepada Fahmi. Padahal tahun sebelumnya kami berdua mampu menembus
tahap kedua STIS.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk
pulang ke Pasuruan. Aku benar-benar terpukul dengan informasi yang aku
peroleh semalam. Entah kenapa tiba-tiba tubuhku melemah. Sesampaiku di
rumah, aku langsung demam. Orangtuaku khawatir. Mereka menasehatiku agar
ikhlas dan lapang dada menerima kenyataan. Awalnya aku sangat kecewa
pada diriku dan akhirnya aku berusaha tabah serta berharap ada hikmah di
balik semua ini.
Seminggu kemudian aku kembali ke Malang. Aku
mulai menyibukkan diri dengan kegiatan mengajar privat. Kesibukan ini
sempat mengalihkan harapanku untuk masuk STIS dan STAN. Akan tetapi
harapan tersebut justru muncul kembali saat aku bermimpi lolos ujian
STAN dalam tidurku. Aku berusaha membentengi diriku agar siap menghadapi
apapun kenyataan yang aku peroleh saat hasil ujian STAN diumumkan.
Hari
ini -1 September 2009- menjadi hari yang sangat aku tunggu. Pasalnya,
hari ini merupakan hari pertama perkuliahan semester ketiga sekaligus
pengumuman hasil ujian STAN. Perkuliahan awal berlangsung singkat. Aku
segera pulang dan membaringkan tubuhku di kamar tidur. Sejenak aku
terlelap. Lalu terbangun lagi. Tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini
adalah pengumuman STAN. Aku bergegas menuju warnet terdekat. Aku membuka
situs www.stan.ac.id dan
mengunduh file pengumuman STAN. Hingga 1 jam lebih aku belum juga
memperoleh informasi. Akhirnya Handphoneku berdering. SMS dari sahabatku
Misbah. Aku sangat terkejut membaca sms nya yang berbunyi “Selamat ya
kamu diterima di STAN”. Spontan aku mengucap syukur alhamdulilah. Aku
sangat bahagia dengan informasi yang baru aku dapatkan. Terlebih lagi
saat aku berhasil mengunduh file pengumuman STAN. Aku dapat menemukan
sendiri dataku tercantum sebagai peserta lolos ujian STAN.
No.BPU : 05000555
Nama : Nuris Dian Syah
Spesialisasi : Kebendaharaan Negara
Aku
kembali ke kos dengan senyum ceria. Setibaku di kos, aku disambut
meriah dengan ucapan selamat dari teman-teman kosku. Demikian pula
dengan keluargaku, mereka juga memberikan ucapan yang sangat berkesan
ketika aku tiba di rumah. Harapan yang selama ini aku perjuangkan,
akhirnya membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Alhamdulillah.
0 komentar