Kamis, 19 Juni 2014

Harapan Yang Tak Pernah Pudar


      Pernah aku merasakan menjadi seorang mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang. Aku beserta teman-temanku dituntut mampu berpikir kritis dan bekerja sama untuk meningkatkan kualitas ilmu pendidikan. Kebersamaan kami di dalam maupun di luar kelas menumbuhkan persahabatan yang sangat erat. Kedekatan kami semakin erat ketika memasuki semester kedua. Bahkan ada dua temanku yang sangatlah akrab denganku yaitu Fahmi dan Misbah. Kami bertiga selalu meluangkan waktu untuk saling berbagi.
      Suatu hari aku dan teman-temanku mendapatkan perkuliahan yang sangat singkat. Tepat pukul 10.30 perkuliahan kami telah usai. Aku, Fahmi, dan Misbah tidak langsung pulang. Kami mengobrol dan bercanda bersama di depan gedung fakultas. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin mengungkapkan sesuatu kepada mereka.
“ Fahmi, Misbah, boleh aku curhat ke kalian?” aku membuka percakapan.
“ Ya bolehlah...” kata Misbah.
“ Hmmm... kenapa ya akhir-akhir ini aku merasa tidak yakin kuliah di sini?” paparku.
“Maksudmu?” Fahmi penasaran.
“Ya... aku merasa kuliah di sini tidak sepenuh hati. Masih setengah-setengah. Dan itu berdampak pula pada prestasiku di sini.” Jawabku.
“Kamu masih kepikiran STIS dan STAN?” Misbah menerka-nerka.
“Iya...” jawabku singkat.
Fahmi dan Misbah memang mengetahui jika aku sangat mengharapkan kuliah di STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) dan STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara).
“Tenang saja masih ada dua kali kesempatan mengikuti ujian masuk STIS dan STAN. Aku juga berencana ikut lagi tahun depan.” Sahut Fahmi.
“lha... kalian berencana ikut lagi tahun depan? Kalau lolos semua, aku sendirian dong di sini...” kata Misbah.
“Santai bro, kami tidak akan melupakanmu sebagai sahabat, hheee...” jawabku.
Kami melanjutkan obrolan dengan topik lainnya. Hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 13.30. kami pun bergegas menuju kos masing-masing.
       Perkuliahan di kampus berjalan lancar. Aku dan teman-temanku memperoleh berbagai materi dan praktek sebagai bekal kerja nanti. Hampir satu semester telah kami lalui. Kini saatnya menjelang Ujian Akhir Semester (UAS). Saat-saat seperti ini seharusnya menjadi saat berkobarnya semangat untuk mengejar prestasi. Akan tetapi hal ini justru bertolak belakang denganku. Aku merasakan beban yang sangat besar. Aku tak mampu fokus belajar bahkan sempat merasa tidak sanggup melanjutkan kuliah di sini. Akhirnya datanglah kedua sahabatku yang memberikan nasehat dan motivasi yang luar biasa. Akupun bangkit dan berusaha menuntaskan perkuliahan semester kedua. UAS tiba dan aku berhasil melewatinya dengan indeks prestasi yang cukup memuaskan.
       Memasuki masa libur kuliah, aku pulang ke Pasuruan untuk mempersiapkan ujian masuk STIS dan STAN. Aku memantabkan lagi pemahamanku terkait soal bahas serta modul pembelajaran yang aku miliki. Aku menuliskan kata-kata motivasi di ruang belajarku dan berusaha introspeksi kelemahanku di tahun sebelumnya. Pendaftaran pun dibuka. Aku bergegas mendaftarkan diri. Demikian pula dengan Fahmi. Aku dan Fahmi sepakat untuk berangkat ujian bersama. Tepat tanggal 24 Juni 2009 kami melaksanakan ujian STIS dan tanggal 25 Juni 2009 kami melaksanakan ujian STAN. Kami berjuang untuk kedua kalinya dan bersaing dengan puluhan ribu peserta  ujian lainnya. Setelah ujian STIS dan STAN kami lalui, kami pun berserah diri kepada Allah SWT.
       Sambil menunggu pengumuman hasil ujian STIS dan STAN, aku dan Fahmi mencari kesibukan di Malang. Aku mendapatkan tawaran mengajar sedangkan Fahmi sibuk dengan organisasinya. Kesibukan kami memang berbeda tetapi kami saling memberikan informasi. Suatu malam menjelang pengumuman STIS tahap pertama, Fahmi mendapat amanah sebagai perwakilan organisasinya untuk menghadiri kegiatan kampus. Aku terpaksa berangkat sendiri untuk melihat pengumuman hasil ujian. Aku sangat berharap dataku tercantum di daftar peserta lolos ujian. Akan tetapi harapanku pudar. Tidak kutemukan dataku di sana. Aku hanya menemukan data sahabatku Fahmi. Dia lolos tahap pertama dan melanjutkan ke tahap kedua. Dengan berat hati aku menyatakan kalah kepada Fahmi. Padahal tahun sebelumnya kami berdua mampu menembus tahap kedua STIS.
       Keesokan harinya aku memutuskan untuk pulang ke Pasuruan. Aku benar-benar terpukul dengan informasi yang aku peroleh semalam. Entah kenapa tiba-tiba tubuhku melemah. Sesampaiku di rumah, aku langsung demam. Orangtuaku khawatir. Mereka menasehatiku agar ikhlas dan lapang dada menerima kenyataan. Awalnya aku sangat kecewa pada diriku dan akhirnya aku berusaha tabah serta berharap ada hikmah di balik semua ini.
Seminggu kemudian aku kembali ke Malang. Aku mulai menyibukkan diri dengan kegiatan mengajar privat. Kesibukan ini sempat mengalihkan harapanku untuk masuk STIS dan STAN. Akan tetapi harapan tersebut justru muncul kembali saat aku bermimpi lolos ujian STAN dalam tidurku. Aku berusaha membentengi diriku agar siap menghadapi apapun kenyataan yang aku peroleh saat hasil ujian STAN diumumkan.
       Hari ini -1 September 2009- menjadi hari yang sangat aku tunggu. Pasalnya, hari ini merupakan hari pertama perkuliahan semester ketiga sekaligus pengumuman hasil ujian STAN. Perkuliahan awal berlangsung singkat. Aku segera pulang dan membaringkan tubuhku di kamar tidur. Sejenak aku terlelap. Lalu terbangun lagi. Tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini adalah pengumuman STAN. Aku bergegas menuju warnet terdekat. Aku membuka situs www.stan.ac.id dan mengunduh file pengumuman STAN. Hingga 1 jam lebih aku belum juga memperoleh informasi. Akhirnya Handphoneku berdering. SMS dari sahabatku Misbah. Aku sangat terkejut membaca sms nya yang berbunyi “Selamat ya kamu diterima di STAN”. Spontan aku mengucap syukur alhamdulilah. Aku sangat bahagia dengan informasi yang baru aku dapatkan. Terlebih lagi saat aku berhasil mengunduh file pengumuman STAN. Aku dapat menemukan sendiri dataku tercantum sebagai peserta lolos ujian STAN.
     No.BPU                : 05000555
     Nama                    : Nuris Dian Syah
     Spesialisasi            : Kebendaharaan Negara
        Aku kembali ke kos dengan senyum ceria. Setibaku di kos, aku disambut meriah dengan ucapan selamat dari teman-teman kosku. Demikian pula dengan keluargaku, mereka juga memberikan ucapan yang sangat berkesan ketika aku tiba di rumah. Harapan yang selama ini aku perjuangkan, akhirnya membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Alhamdulillah.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 PASKUSA
Designed by Blog Thiet Ke
Posts RSSComments RSS
Back to top