Kamis, 27 Februari 2020

Atas Kehendak Allah Kutemukan Jodohku



Sore itu menjadi perjalanan pertamaku kembali ke Tangerang setelah setahun lalu lulus dari salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan di daerah Pondok Aren. Perjalanan Kali ini bukanlah untuk kuliah melainkan untuk melakukan pemberkasan sebagai syarat administrasi menjadi pegawai Kementerian Negara. Pemberkasan ini menjadi tahap lanjutan setelah melewati tes online sebulan sebelumnya. Perasaan bahagia tentu tersirat dari wajahku. Akan tetapi ada satu hal yang selalu membayangi pikiranku, terkait jodoh yang tak kunjung bertemu. Terlebih lagi ketika nanti menjadi pegawai Kementerian Negara, aku diharuskan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia dan bersedia dipindahtugaskan antarwilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu. Harapanku untuk bertemu dengan jodoh dari pulau kelahiran yang sama sepertinya semakin terhambat. Entah kenapa pikiranku mulai memunculkan kekhawatiran kekhawatiran yang akhirnya menjadi satu titik renunganku selama perjalanan. Akupun berdoa kepada Allah SWT agar didekatkan dengan jodoh terbaik untuk menyempurnakan separuh agamaku. Renungan demi renungan akhirnya mengantarkanku tidur terlelap dalam perjalanan kereta api Surabaya – Jakarta.
            Keesokan paginya aku bertolak dari stasiun Pasar Senen (Jakarta Pusat) menuju Tangerang dengan bus antarkota. Sekitar jam 10 pagi aku tiba di tempat kosku saat masih kuliah. Yups, menumpang untuk sementara waktu. Selang dua hari, aku pindah kos di Jakarta Pusat, tak jauh dari tempat pemberkasan. Tepat pada hari itu juga, aku beserta teman seangkatan melaksanakan pemberkasan di daerah Rawamangun. Di akhir kegiatan, ketua angkatan menginformasikan bahwa kami diwajibkan mengikuti kegiatan Induction Program sebagai pengenalan Instansi dan On The Job Training (OjT) yang sering dikenal dengan magang. Kedua kegiatan ini berselang satu minggu. Akupun memanfaatkannya untuk bersilaturahmi ke tempat kos adik kelasku di organisasi keislaman sekitar kampus.
            Ketika tiba di tempat kos daerah Pondok Safari, aku disambut dengan sangat ramah oleh Rizki, adik kelasku itu. Kami bercerita segala hal yang terjadi selama setahun tak bertemu. Hingga Akhirnya, dia melontarkan pertanyaan yang mengagetkanku.
“ Mas, kapan nih rencana nikah? ” tanyanya.
Spontan aku terlihat kebingungan untuk menjawab.
“ Hmm... Insyaallah kalau sudah waktunya akan dipertemukan dengan jodoh,” jawabku
“ Iya... tapi kan mesti ada rencana waktu menikah? “ Rizki semakin mendesak.
“ Kalau sudah dipertemukan dengan jodoh, insyaallah disegerakan. Bisa tahun depan, dua tahun kemudian... Rencana waktu nikah insyaallah di umur 25–27 tahun.” Paparku.
Rizki mulai membahas hal hal serius. Seakan mengintrogasiku terkait nikah. Berbagai hal dia tanyakan. Dan Akhirnya muncul kembali ucapan yang sangat mengagetkanku, lebih mengagetkan daripada sebelumnya.
“Mas, ada loh temenku di keputrian yang karakteristiknya seperti karakteristik calon istri yang mas Cahyo harapkan. Mau aku kenalkan?” ungkapnya.
Seketika akupun terdiam. Tak mampu mengeluarkan sepatah kata untuk menjawabnya.
“Dia baik loh mas, baik akhlaknya, baik parasnya, baik ilmu agamanya, baik segalanya, insyaallah pantas dengan mas Cahyo.” tambahnya.
Aku mencoba untuk mengambil keputusan, tetapi tak berhasil melakukannya. Didesak sekuat apapun oleh Rizki, tetap saja aku tak mampu memutuskan saat itu juga. Hingga akhirnya percakapan ini pun terhenti saat memasuki waktu maghrib. Usai sholat berjamaah, aku langsung berpamitan. Di tengah perjalanan aku kembali merenung, apakah ini jawaban Allah SWT terkait jodohku. Seorang perempuan bernama Rahma yang dikenalkan Rizki dengan karakteristik yang katanya sesuai dengan harapanku. Kembali kupanjatkan doa, “Jika memang benar Rahma adalah jodoh terbaik yang engkau pilihkan untukku, dekatkanlah kami ya Allah”. Malam itu seakan memberikanku semangat baru untuk menemukan jodoh.
            Sejak saat itu, aku mulai serius memikirkan jodoh. Memang sudah waktunya pria seumuranku untuk merencanakan pernikahan. Selama On The Job Training (OJT) aku sering menggali pengalaman dari teman-teman yang sudah menikah. Salah satunya bernama Akhmad. Dia memberikan saran dan nasehat yang sangat luar biasa. Satu hal yang paling aku ingat dari nasehat Akhmad saat aku menemui keraguan dalam hatiku, “Saran saya, sholat Istikharah, mantabkan hati, insyaallah dengan istikharah bisa yakin, tidak ragu lagi. Kalau memang dia, lanjut ta’aruf-khitbah-nikah. Kalau bukan dia, menjauh saja lebih baik”. Setiap menemui hambatan, Akhmad selalu memberi solusi tepat yang mampu menenangkan diriku.
Selang beberapa bulan, akhirnya aku memantabkan niatku untuk melanjutkan ke tahap ta’aruf. Kuajaklah Rizki dan Akhmad bersilaturahmi ke rumah orangtua Rahma. Alhamdulillah dengan niat yang tulus, akhirnya aku menyampaikan maksud kedatanganku untuk mohon izin ta’aruf dengan Rahma. Orangtuanya menyambut maksudku itu dengan senang hati. Akan tetapi, muncul kendala saat memohon izin kepada orangtuaku. Keduanya agak keberatan merestui niatku untuk menikah dalam waktu dekat mengingat kakak perempuanku masih belum berkeluarga. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya orangtuaku merestui kami untuk berta’aruf. Aku dan Rahma akhirnya melakukan tahap ta’aruf sekitar 6 bulan. Tepat tiga hari setelah Idul Fitri, Orangtua kami berdua bertemu di rumah Rahma untuk melakukan khitbah sekaligus merundingkan rencana pernikahan kami. Awalnya direncanakan pada bulan dhulhijjah. Akan tetapi, dengan pertimbangan waktu pengangkatan pegawai Kementerian Negara yang semakin dekat, akhirnya kami sekeluarga sepakat untuk melangsungkan pernikahan di bulan syawal.
            Alhamdulillah, pernikahan kami berlangsung lancar. Kami sangat bersyukur atas izin Allah SWT yang telah mempertemukan kami dalam ikatan pernikahan. Kami semakin yakin bahwa Allah SWT akan menolong hambanya yang sungguh sungguh dalam berusaha. Ternyata kekhawatiran yang muncul saat menjelang pemberkasan itu tidaklah terjadi. Berdoa, berusaha, dan bertawakal kepada Allah SWT insyaallah akan dimudahkan untuk meraih apa yang kita harapkan.

NB: Tulisan ini adalah tulisan fiksi. Nama dalam tokoh ini hanya fiktif belaka, mohon maaf jika ada kesamaan nama.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 PASKUSA
Designed by Blog Thiet Ke
Posts RSSComments RSS
Back to top