Sebuah kisah perjalanan hidup
yang aku lalui setelah masa SMA berakhir. Gerbang awalku berpetualang menjadi
sosok perantau yang tengah memperjuangkan masa depan untuk kehidupan yang lebih
baik. Ada rasa khawatir, rasa cemas, rasa gundah menatap fase baru yang hendak
aku lalui. Arah di depanku belum jelas. Aku tak tahu akan berada di mana saat
masa perantauan tiba. Tidak mungkin aku hanya diam, berjalan di tempat, dan
mengandalkan harta orangtua saja. Aku harus mandiri. Ya… walaupun belum bisa
sepenuhnya mandiri, ada tekad dalam diri, aku harus belajar mandiri. Semangat
itu memberikanku kemantaban jiwa tuk memilih melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi.
Tak mudah untuk menetukan
Perguruan Tinggi mana yang aku pilih. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan
Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) menjadi pilihan yang terbayang-bayang olehku.
Dalam lubuk hati terdalam, aku sangat menginginkan agar dapat langsung bekerja
setelah lulus perkuliahan, tanpa harus mencari lowongan kerja. Di PTK lah hal
itu dapat kuperoleh. Tapi aku sadar, pasti banyak anak-anak pintar di luar sana
yang jauh lebih mumpuni daripada aku. Kebimbangan itu muncul dan membuatku
berpaling ke PTN.
Aku bingung, jurusan apa yang
akan aku pilih. Belum ada gambaran sedikitpun. Bahkan saat pengambilan formulir
pendaftaran PTN, aku belum mampu menentukannya. Ah… beratnya hidup, pikirku
saat itu. Yah… bagaimana tidak, langkahku saat itu menjadi penentu arah mana
yang akan aku lalui. Pertimbangan demi pertimbangan bermunculan. Aku tak ingin
salah melangkah. Bisa fatal di kemudian hari. Sempat terpikirkan untuk
mengambil Teknik Pengairan. Pertimbangannya sih karena saingannya tidak terlalu
banyak, lebih besar peluang masuknya. Tapi… hati tidaklah dapat dibohongi,
minatku di sana tidaklah terlalu besar. Akupun kembali bergerilya di antara
pilihan-pilihan jurusan yang ada. Aku seleksi satu per sat. Hingga terpilihlah
Pendidikan Matematika dan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang (UM).
Kekhawatiranku nyatanya masih terus bergelantungan. Ada rasa cemas, apakah
pilihanku ini sudah tepat. Konflik batinpun tak kunjung reda dalam diriku ini.
Sumber kekhawatiran utamaku tidak
lain karena minat besarku sebenarnya adalah kuliah di PTK. STIS dan STAN adalah
dua PTK yang sangat aku idamkan. Aku sangat bersemangan untuk dapat lulus ujian
seleksinya. Aku sadar sainganku sangatlah banyak tapi semangat itu mampu
mengalahkan segalanya. Akupun bertekad untuk mengikuti seleksi dua PTK
tersebut. Saat melakukan pendaftaran, pikiranku sangatlah bahagia. Terbayang
olehku kehidupan perkuliahan yang sangat luar biasa. Imajinasiku berkeliaran
membayangkan kampus yang sangat aku dambakan.
Masa pendaftaran telah usai. Kini
saatnya mempersiapkan diri untuk menghadapi seleksi ujian masuk. Aku atur
jadwal sedemikian mungkin agar persiapan ujian PTN dan PTK dapat seimbang.
Bagaimanapun juga PTN tetap harus disiapkan untuk mengantisipasi apabila gagal
masuk PTK. Seleksi ujian PTN dan PTK alhamdulillah lancar walaupun aku tidak
sepenuhnya yakin dengan hasil jawabanku. Aku pasrahkan semuanya kepada Allah
SWT.
Selang beberapa hari menjelang
pengumuman seleksi PTN, tiba-tiba keraguanku muncul kembali. Kekhawatiran akan
ketidaklulusan memenuhi pikiranku. Sempat terbersit niat untuk ikut seleksi di
Politeknik Malang. Hampir aku mengambil Teknik Sipil di sana. Akhirnya niat itu
aku urungkan dan kembali pasrah kepada Allah SWT.
Saat pengumuman tiba. Alhamdulillah aku lulus
seleksi PTN di Jurusan Pendidikan Kimia UM. Sejak saat itu aku merasa lebih
tenang karena satu tiket sudah aku pegang. Tidak berhenti disitu, aku masih
menunggu pengumuman kelulusan STAN dan STIS. Ternyata aku belum ditakdirkan
untuk menjadi mahasiswa di kampus plat merah itu. Akupun memantabkan hati untuk
kuliah jurusan Pendidikan Kimia UM. Dengan penuh semangat, akupunmmempersiapkan
segara hal yang diperlukan untuk perkuliahan. Dan di sinilah awal perjuanganku
dimulai. Menjadi seorang perantau yang gigih meraih masa depan gemilang.
0 komentar