Definisi Transfusi Darah
Transfusi
darah adalah pemindahan darah dari satu orang (donor) ke dalam pembuluh
darah orang lain (resipien). Hal ini biasanya dilakukan sebagai manuver
penyelamatan nyawa (life-saving) untuk menggantikan darah yang hilang
karena perdarahan hebat, saat operasi ketika terjadi kehilangan darah
atau untuk meningkatkan jumlah darah pada pasien anemia. Darah terdiri
dari sel-sel darah serta plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit, sedangkan
plasma darah mengandung air, protein, glukosa, mineral, fibrinogen dan
faktor-faktor pembekuan yang terdiri dari faktor pembekuan I-XIII. Di
dalam eritrosit terdapat molekul hemoglobin yang sangat penting.
Hemoglobin berguna untuk “mengikat” oksigen di paru-paru dan
“melepaskan” oksigen tersebut ke organ tubuh yang membutuhkannya. Dapat
dikatakan, darah merupakan komponen penting dalam tubuh. Melalui darah,
oksigen akan terangkut ke seluruh organ tubuh, terutama organ vital agar
fungsinya dapat terus berjalan. Oleh karena itu prosedur transfusi
darah merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup seseorang.
Komponen Darah Transfusi
Whole blood
Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya
untuk transfusi pada perdarahan masif. Whole blood biasa diberikan
untuk perdarahan akut, shock hipovolemik serta bedah mayor dengan
perdarahan > 1500 ml. Whole blood akan meningkatkan kapasitas
pengangkutan oksigen dan peningkatan volume darah. Transfusi satu unit
whole blood akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dl.
Packed Red Blood Cell (PRBC)
PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan whole
blood, bedanya adalah pada jumlah plasma, dimana PRBC lebih sedikit
mengandung plasma. Hal ini menyebabkan kadar hematokrit PRBC lebih
tinggi dibanding dengan whole blood, yaitu 70% dibandingkan 40%. PRBC
biasa diberikan pada pasien dengan perdarahan lambat, pasien anemia atau
pada kelainan jantung. Saat hendak digunakan, PRBC perlu dihangatkan
terlebih dahulu hingga sama dengan suhu tubuh (37ºC). bila tidak
dihangatkan, akan menyulitkan terjadinya perpindahan oksigen dari darah
ke organ tubuh.
Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma)
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua
protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa
diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan
koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan
masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Sama dengan PRBC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan
terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.
Trombosit
Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan
trombositopenia berat (<20.000 sel/mm3) disertai gejala klinis
perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai gejala klinis perdarahan,
transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit trombosit dapat
meningkatkan 7000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1 jam transfusi pada
pasien dengan berat badan 70 kg. banyak faktor yang berperan dalam
keberhasilan transfusi trombosit diantaranya splenomegali, sensitisasi
sebelumnya, demam, dan perdarahan aktif.
Kriopresipitat
Kriopresipitat mengandung faktor VIII dan fibrinogen
dalam jumlah banyak. Kriopresipitat diindikasikan pada pasien dengan
penyakit hemofilia (kekurangan faktor VIII) dan juga pada pasien dengan
defisiensi fibrinogen.
Reaksi hemolitik
Reaksi yang terjadi biasanya adalah penghancuran sel
darah merah donor oleh antibodi resipien dan biasanya terjadi karena
ketidakcocokan golongan darah ABO yang dapat disebabkan oleh kesalahan
mengidentifikasikan pasien, jenis darah atau unit transfusi. Pada orang
sadar, gejala yang dialami berupa menggigil,
demam, nyeri dada dan mual. Pada orang dalam keadaan tidak sadar atau
terbius, gejala berupa peningkatan suhu tubuh, jantung berdebar-debar,
tekanan darah rendah dan hemoglobinuria. Berat ringannya gejala tersebut
tergantung dari seberapa banyak darah yang tidak cocok ditransfusikan.
Reaksi non hemolitik
Reaksi ini terjadi karena sensitisasi resipien
terhadap sel darah putih, trombosit atau protein plasma dari donor.
Gejalanya antara lain demam, urtikaria yang ditandai dengan kemerahan,
bintik-bintik merah dan gatal tanpa demam, reaksi anafilaksis, edema
paru, hiperkalemia dan asidosis.
Infeksi
Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi
darah bergantung pada berbagai hal antara lain; angka kejadian penyakit
di masyarakat, keefektifan skrining yang dilakukan, kekebalan tubuh
resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Beberapa infeksi yang biasa
terjadi adalah virus hepatitis, HIV, Citomegalovirus, bakteri
stafilokokus, yesteria dan parasit malaria.
Penanggulangan komplikasi transfusi :
1. Stop transfusi
2. Naikan tekanan darah dengan cairan infus, jika perlu tambahkan obat-obatan.
3. Berikan oksigen 100%.
4. Pemberian obat-obatan diuretik manitol atau furosemid
5. Obat-obatan antihistamin
6. Obat-obatan steroid dosis tinggi
7. Periksa analisa gas dan pH darah.
0 komentar